Aspek Pengendalian Diri yang Terkandung Dalam Ibadah Puasa

Puasa
merupakan momentum berharga untuk menghadirkan mental yang sehat, sebab dalam
puasa terkandung latihan-latihan kejiwaan yang harus dilalui, misalnya berlaku
jujur dengan menahan lapar dan dahaga baik di kala bersama orang lain maupun
saat sendirian. Sesuai dengan firman Allah:
يآ أيّها الّذين
آمنُوا كُتِبَ عَليْكُمُ الصِّيامُ كما كُتِبَ على الّذين مِن قَبْلِكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ
” Hai orang-orang yang
beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Ibadah
puasa yang disyari’atkan dalam islam mengandung aspek-aspek pengendalian diri,
hal ini karena puasa dapat melatih manusia untuk mengontrol dorongan kodrati. Adapun aspek-aspek
pengendalian diri yang terkandung dalam ibadah puasa antara lain:
a. Puasa untuk meredam amarah atau kesehatan
emosional
b. Puasa melatih kesabaran
c. Puasa meningkatkan kecerdasan emosional
d. Puasa untuk membentuk kematangan diri
(konsistensi dan kejujuran)
Uraian
di atas mengandung makna bahwa dalam ibadah puasa, kejujuran yang dituntut adalah jujur terhadap diri
sendiri disamping jujur kepada orang lain. Orang yang tahu persis apakah
seseorang itu berpuasa atau tidak, adalah dirinya sendiri. Orang lain dapat
dibohonginya. Sebab menelan air waktu berkumur-kumur sudah menyebabkan puasa
itu batal, walaupun tidak makan dan tidak minum.
Puasa
juga merupakan hubungan ruhani antara makhluk degan Khaliknya.
Puasa bertujuan agar manusia dekat dengan Allah SWT sehingga mendorong manusia untuk
berusaha dan tidak tergelincir serta terperosok ke dalam kegelisahan, tidak
tenang, galau, dan rasa bersalah. Adapun kesehatan mental adalah terhindarnya
seseorang dari gejala jiwa seperti cemas, konflik, gelisah, frustasi. Oleh
karena itu, hubungannya dengan ibadah puasa dengan kesehatan mental sangat
erat, karena ibadah mampu menyehatkan mental manusia.