• Language
    •  Indonesia
    •  English
    •  Arabic
Masuk Daftar
  • Home
  • Program
  • Donasi
  • Cerita Umat
  • Tentang Kami

Bulan yang Istimewa

Berkumandanglah di seluruh dunia, di seluruh negeri yang telah menerima agama ini suara-suara hamba yang menyeru Khalik-nya, terasalah suasana lain dari yang lain, yang tidak terdapat pada agama dan golongan lain.

Sebulan penuh beribadat, berdzikir, Tilawatil Quran, Saleh dan upaya melupakan dunia untuk mecintai Allah SWT saja. Bertemulah dalam bulan ini jiwa murni Muslimin, baik ia di Timur ataupun di Barat, yang alim ataupun yang jahil, yang miskin ataupun yang kaya, yang menetap ataupun yang musafir, penghuni istana ataupun yang tinggal dalam gubuk, terasa suasana Ramadan yang khas.

Pada siang hari orang nampak lemah gemulai namun bila hari telah mulai malam, kelihatanlah wajah kembali bersinar dan hidup, terang lampu-lampu di jalan, penuh masjid, surau dan langgar oleh jamaah. Berkumandanglah suara azan, seruan Al-Quran, panggilan bertarawih. Di kampung-kampung kedengaran suara kanak-kanak membangunkan orang tua-tua untuk makan sahur.

Suara ini terdapat di Sabang- Merauke, Jakarta atau Samarinda apalagi di kota Mekah dan Madinah. Dalam masyarakat Islam itu, dalam suasana Ramadan, tidak ada yang terang-terangan merokok atau makan di siang hari dimuka orang lain, kecuali orang-orang yang memang sengaja mengejek dan mencari musuh, sebagaimana yang kadang-kadang kelihatan gejalanya di musim kini.

Inilah kehidupan yang lemah gemulai di siang hari dan kehidupan malam di bulan puasa negeri Islam, yang lain dari yang lain.

Tak ayal, Ramadan ini adalah madrasah untuk menggembleng spiritualitas. Ibadah puasa menjadi sarana untuk meningkatkan kualitas ibadah, tapi juga kualitas penghambaan kita kepada Allah SWT.

Berkaitan dengan itu, Allah berfirman,” Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagai mana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183).

Buah dari puasa adalah takwa. Derajat takwa tidak akan bisa dicapai jika hanya mengandalkan puasa jasmani semata. Barangkali puasa seperti inilah yang diwanti-wanti oleh Rasulullah S.A.W, ”Banyak orang berpuasa, tetapi ia tidak mendapatkan apapun dari puasanya kecuali rasa lapar saja.” (HR. Imam Ahmad). Dalam berpuasa, kita harus mampu menahan lapar, dahaga, nafsu, pancaindra, dan juga menghindari apa saja yang dilarang hati nurani. Di tahap itulah akal dan pikiran kita juga mesti ikut berpuasa.  

Share This